Selopanggung
Ngariboyo Magetan
Desa Selopanggung
Sekitar tahun 1800 daerah Selopanggung masih merupakan kawasan yang berwujud semak-semak dan penuh pohon-pohon rimbun semacam hutan,Baru beberapa gubug yang dihuni oleh beberapa pendatang dari Mataram Jawa Tengah, yang diketuai oleh seorang bernama WIROGUNO. WIROGUNO adalah salah seorang yang cakap dan bijaksana,besar pengaruhnya terhadap anak buahnya.Ternyata WIROGUNO beserta pengikutnya adalah para Pahlawan DIPONEGORO yang terdesak oleh pasukan Kompeni Belanda. Di Kawasan ini mereka membabat Hutan bersemak-semak untuk dijadikan Daerah pemukiman baru bagi,disan-sini pohon dibabat,dibenahi,dibersihkan dan dididrikanlah gubug-gubug sederhana sebagai tempat berlindung.Lahan-lahan yang telah di babat itu dijadikan lahan pertanian sebagai sarana mata pencaharian dan bekal hidup sehari-hari. Lahan pertanian itu ditanami Padi,Jagung,Ketela ,Sayur mayur dan sebagainya yang dapat di konsumsi sebagai bahan makanan bagi mereka.Lama kelamaan daerah ini menjadi demikian ramai,banyak gubug-gubug yang dihuni pendatang baru.Agar tata Pembangunan lebih cepat tertangani,Daerah pemukiman Baru ini dibagi menjadi 3 (tiga) Daerah Kelurahan ,yang masing-masing daerah dipimpin seorang LURAH. Tiga daerah tersebut adala Kelurahan TUMPANG,Kelurahan NGLESES dan Kelurahan GODEK.
Kelurahan Tumpang
Yang cikal bakal Kelurahan Tumpang ini bernama JOKO LANCUR.Dinamakan Dukuh Tumpang karena di Desa ini terdapat batu besar yang terletak diatas (Jawa: Numpang,Tunumpang)disebuaha batu pula. Anehnya batu yang terletak diatas batu dengan posisi mengkhawatirkan ini tidak pernah jatuh terguling.Akhirnya tempat ini dinamakan TUMPANG. Dari kata WaTU NumPANG. Selanjutnya menjadi Dukuh TUMPANG sampai sekarang ini. Ternyata batu ini dikeramatkan dan tempat ini dijadikan Punden Desa TUMPANG, Setiap tahun pada bulan Suro,masyarakat setempat mengadakan BERSIH DESO ditempat ini dengan Upacara Adat setempat. Dalam Upacara BERSIH DESO Penduduk Dukuh Tumpang berduyun-duyun Ke PUNDEN dengan membawa bermacam-macam Ubo Rampe Selamatan yang berupa : Tumpeng , Golong , Jajan Pasar , Panggang ,Polo Pendem , Pisang dan sebagainya. Warga Dukuh Tumpang sangat Antusias untuk hadir karena meraka sangat PERCAYA dan YAKIN bahwa Penunggu PUNDEN ini akan selalu memberikan Perlindungan,Keselamatan Dan Juga Kebahagiaan Baginya.
Kelurahan Godheg
Yang cikal bakal Kelurahan ini bernama MBAH NGGOLO. Di kawasan ini ada sebuah batu besar berbentuk mirip manusia tetapi bukan Patung.Dahulu disini banyak pencuri,brandal,rampok.Pada suatu saat ditempat ini kedatangan seorang pencuri ulung yang di kenal dengan nama “ MALING KENTHIRI” yaitu pencuri yang hasil curiannya tidak di gunakan sendiri,melainkan diberikan kepada fakir miskin.Sebelum Maling Kenthiri itu melakukan pekerjaannya mencuri,ia mendatani batu besar berbentuk manusia itu.Tujuannya adalah minta restunya secara gaib agar usahanya mencuri dapat berjalan baik.Tetapi alangkah terkejutnya Maling Kenthiri itu karena batu yang dimintai restu tadi bergerak-gerak (Jawa: Godhek-Godhek) pertanda tidak menyetujui perbuatan Maling Kethiri itu. Maling Kenthiri menjadi sangat marah,skhirnya batu besar tadi di pukul-pukul dan di tendang.Sementara orang mengatakan bahwa setiap ada pejahat ,batu besar itu bergerak-gerak dan mengeluarkn suara sehingga membuat penghuni terjaga dan menangkap penjahat itu,Karena kejadian-kejadian itulah maka kawasan ini di namakan GODHEG dan selanjutnya menjadi Dukuhan GODHEG sampai sekarang ini.
Kelurahan Ngleses
Yang cikal bakal Kelurahan ini bernama MBAH KADIR,pendatang dari Jawa Tengah.Perjalanan jauh dari Jawa Tengah ketempat yang baru ini membuat mereka lelah bukan main,Sehingga saat berhenti di tempat ini terus menerus mendesis (Jawa: Ngeses) tidak henti-hentinya.Akhirnya MBAH KADIR menamakan Daerah ini NGLESES.Selanjutnya menjadi Dukuh Ngleses sampai sekarang ini.
Dokumentasi
Desa Selopangung
Desa Selopanggung, Ngariboyo, Magetan, memiliki beragam kegiatan yang patut didokumentasikan. Mulai dari kegiatan gotong royong pembangunan infrastruktur, pelatihan keterampilan, hingga perayaan adat istiadat. Dokumentasi yang komprehensif akan memberikan gambaran yang jelas tentang dinamika kehidupan masyarakat desa dan menunjukkan bagaimana mereka beradaptasi dengan perubahan zaman sambil tetap melestarikan nilai-nilai tradisional.